It
has been 47 days. I feel better now. So much better than before. Haven’t cried
since more than a week now. Everything gradually goes back to normal. I am
happier now, and I am counting my blessings.
Gue
sadar banget bahwa bahkan dalam masa terberat dalam hidup gue ini, Tuhan gak
tinggalin gue. Walaupun gue harus kehilangan dan segala sesuatu gak berjalan
seperti seharusnya, walaupun gue pengen bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan,
gue gak bisa bilang bahwa Tuhan tinggalin gue. Karena memang Dia tetap ada.
I
feel Him through my friends and family. Saat gue sakit, saat gue sedih, saat gue kesepian dan takut, I feel Him. This is how:
Gue
sakit. Dan mungkin aja bisa mengakibatkan gagal organ atau bahkan kematian.
Tapi Tuhan tolong gue lewat dokter dan obat, and I’m okay now.
Gue
sedih. Kehilangan. Dan kesepian. Tapi I feel God through my friends, and
especially my husband with whom I shared the grief. Selama berhari-hari bahkan
beberapa minggu setelah gue kehilangan baby Jonas, teman-teman masih terus
dateng berkunjung atau sekedar nanya keadaan gue via bbm. Mereka semua care
banget dan ga pengen gue sedih sendirian.
Gue
khawatir. Pertama soal uang, untuk biaya RS yg lumayan banget (operasi,
transfusi, ICU, NICU, obat, dokter, dll). Kedua, soal masa depan. Apakah gue
akan bisa punya anak yang sehat nantinya. Apakah kejadian ini akan terulang
lagi next time.
Waktu
divonis dokter harus masuk RS dan persiapan operasi hari itu juga, gue cuma
punya uang Rp. 1.500.000 di tabungan, dan itupun udah kepake Rp. 1.000.000 buat
USG fetomaternal dan konsultasi dua dokter. Jadi Rp. 500.000 was all we have.
Udah siap-siap gesek kartu kredit dan terima nasib untuk nyicil beberapa juta
tiap bulan sampe 6 bulan – setaun ke depan. The baby was not even alive.
Tapi
beneran, gak bisa bersungut-sungut karena bahkan dalam keadaan terburuk ini gue
melihat mujizat dan pemeliharaan Tuhan. Temen-temen dan saudara dari yang deket
sampe yang jauh bisa kasih berkat sampai akhirnya bisa mencukupi semua biaya
yang dibutuhkan bahkan lebih.
Ketika
ngobrol sama beberapa temen pun gue baru menyadari bahwa ada dr antara mereka
yang pernah mengalami kehilangan dan keguguran, and I was not the only one.
Mereka sudah melewatinya dan things are well for them now, so surely I will get
to that point, too.
It’s
amazing how God made sure that even though I had to lose my son, I didn’t have
to worry about money and I wasn’t alone. So many people cared for me, dan gue
tahu mereka semua ikut menabur kebaikan buat gue. Mereka semua doain dan pengen
gue menuai nantinya di masa yang akan datang.
Jadi,
kalo ada segitu banyak orang yang berdoa buat gue dan menabur buat gue, masa
sih Tuhan ga kasih gue menuai? Iman gue bertambah karena mereka, dan gue
percaya Tuhan akan kasih anak-anak yang sehat dan sempurna buat gue.
I’m
counting my blessings, and my heart is full of gratitude. I know my Father
cares and I trust Him.
“Tuhan
yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21)
I’m
not giving up. I know it’s not the end. I can see myself holding that baby, and
God is doing all the necessary preparations. Rainbow after the rain. S/he will
be perfect.
“Lihat,
Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu
mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai
di padang belantara.” (Yesaya 43:19)
Thanks
to all our friends and family who have shown your care and been such a blessing
for us. God be with you.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar