Selasa, 28 Agustus 2012

Counting The Blessings.

It has been 47 days. I feel better now. So much better than before. Haven’t cried since more than a week now. Everything gradually goes back to normal. I am happier now, and I am counting my blessings.

Gue sadar banget bahwa bahkan dalam masa terberat dalam hidup gue ini, Tuhan gak tinggalin gue. Walaupun gue harus kehilangan dan segala sesuatu gak berjalan seperti seharusnya, walaupun gue pengen bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan, gue gak bisa bilang bahwa Tuhan tinggalin gue. Karena memang Dia tetap ada.

I feel Him through my friends and family. Saat gue sakit, saat gue sedih, saat gue kesepian dan takut, I feel Him. This is how: 

Gue sakit. Dan mungkin aja bisa mengakibatkan gagal organ atau bahkan kematian. Tapi Tuhan tolong gue lewat dokter dan obat, and I’m okay now.

Gue sedih. Kehilangan. Dan kesepian. Tapi I feel God through my friends, and especially my husband with whom I shared the grief. Selama berhari-hari bahkan beberapa minggu setelah gue kehilangan baby Jonas, teman-teman masih terus dateng berkunjung atau sekedar nanya keadaan gue via bbm. Mereka semua care banget dan ga pengen gue sedih sendirian.

Gue khawatir. Pertama soal uang, untuk biaya RS yg lumayan banget (operasi, transfusi, ICU, NICU, obat, dokter, dll). Kedua, soal masa depan. Apakah gue akan bisa punya anak yang sehat nantinya. Apakah kejadian ini akan terulang lagi next time.

Waktu divonis dokter harus masuk RS dan persiapan operasi hari itu juga, gue cuma punya uang Rp. 1.500.000 di tabungan, dan itupun udah kepake Rp. 1.000.000 buat USG fetomaternal dan konsultasi dua dokter. Jadi Rp. 500.000 was all we have. Udah siap-siap gesek kartu kredit dan terima nasib untuk nyicil beberapa juta tiap bulan sampe 6 bulan – setaun ke depan. The baby was not even alive.

Tapi beneran, gak bisa bersungut-sungut karena bahkan dalam keadaan terburuk ini gue melihat mujizat dan pemeliharaan Tuhan. Temen-temen dan saudara dari yang deket sampe yang jauh bisa kasih berkat sampai akhirnya bisa mencukupi semua biaya yang dibutuhkan bahkan lebih.

Ketika ngobrol sama beberapa temen pun gue baru menyadari bahwa ada dr antara mereka yang pernah mengalami kehilangan dan keguguran, and I was not the only one. Mereka sudah melewatinya dan things are well for them now, so surely I will get to that point, too.

It’s amazing how God made sure that even though I had to lose my son, I didn’t have to worry about money and I wasn’t alone. So many people cared for me, dan gue tahu mereka semua ikut menabur kebaikan buat gue. Mereka semua doain dan pengen gue menuai nantinya di masa yang akan datang.

Jadi, kalo ada segitu banyak orang yang berdoa buat gue dan menabur buat gue, masa sih Tuhan ga kasih gue menuai? Iman gue bertambah karena mereka, dan gue percaya Tuhan akan kasih anak-anak yang sehat dan sempurna buat gue.

I’m counting my blessings, and my heart is full of gratitude. I know my Father cares and I trust Him.

“Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21)


I’m not giving up. I know it’s not the end. I can see myself holding that baby, and God is doing all the necessary preparations. Rainbow after the rain. S/he will be perfect.

“Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.” (Yesaya 43:19)



Thanks to all our friends and family who have shown your care and been such a blessing for us. God be with you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar