Hati Ai sedang berbunga-bunga. Roy baru saja mengiriminya sms yang co cuit, “Selamat pagi cinta….” Ow o wow. Mana mungkin tidak tersenyum membacanya? Ai pun jadi teringat kembali peristiwa kemarin. Ai yang terjatuh karena kelelahan, diperhatikan habis-habisan oleh Roy. Dibelikan vitamin, diantar pulang, dan dengan segala cara intinya: diperhatikan. 
Ai belum pernah mengalami seperti ini. Ai punya banyak teman, tapi tidak ada yang istimewa. Bukan berarti Ai menginginkan seorang teman istimewa (baca:pacar), tidak, Ai tahu dirinya masih terlalu muda untuk menjalin hubungan. Tapi…. Siapa tidak mau diperhatikan dan disayangi bak seorang putri? 
Apalagi, Roy adalah seorang kakak kelas yang Ai kagumi. Roy tampan, dan ia juga seorang pemimpin di ibadah anak muda tempat Ai bergereja. Memang belum lama Ai mengenal Roy, tapi Ai yakin, Roy adalah pria dewasa yang tahu bersikap dan bertanggung jawab. 
Itulah sebabnya, Ai senang-senang saja dijaga oleh Roy. Diperhatikan, diantar, dijemput, diberi ucapan selamat tidur setiap malam. Ai merasa istimewa. Bahkan, di hari ulang tahun Ai Roy memberi bunga dan dengan bangganya menunjukkan mobil baru milik ayahnya yang bernomor polisi: tanggal ulangtahun Ai. 
Intinya, walau Ai sebisa mungkin tidak mau mengakuinya, hati Ai telah terjerat. Apapun yang Roy minta, Ai beri. Apapun yang Roy katakan, Ai ikuti. Mereka sudah saling mengucap sayang. Karena, Ai memang sayang pada Roy. Roy juga, tentunya. 
Tapi, akhir-akhir ini beberapa orang mulai berbicara mengusik hati Ai. Jangan terlalu dekat, kata mereka. Jangan terlalu eksklusif. Masih kecil. Ai belum lagi lulus SMU. Ai tidak jadi teladan padahal Ai pelayan di gereja. 
Ai jadi bingung. Bukankah Roy yang duluan mendekati Ai? Roy kan lebih senior dari Ai. Kalau memang tidak boleh, harusnya Roy mengerti, toh? 
Ah, biarkan saja burung-burung berkicau. Mungkin mereka iri, Ai punya seseorang yang sayang padanya. Lagipula, Ai dan Roy kan tidak pacaran. 
Bulan demi bulan berlalu. Kemarin, Roy menggandeng tangan Ai, membujuk Ai untuk tidak marah lagi padanya. Habis, Ai kesal karena Roy memaksa Ai pulang bersamanya. Padahal, Ai masih ingin hangout bareng teman-teman. 
Ai sedikit merasa ada sesuatu yang berubah dengan teman-teman di gereja. Ada jarak. Apa ya yang menyebabkannya? Apa karena Roy? Ai tidak habis pikir mengapa orang-orang tidak senang melihat Ai senang. Memang, Ai pun kadang bertengkar dengan Roy, tapi, konflik kan bagian dari persahabatan? Ai dan Roy kan bersahabat. 
Namun ternyata, tidak demikian menurut kakak pembina Ai. Dia bilang, Ai sudah melampaui batas. Ai sudah berhubungan eksklusif, namanya HTS. Dan, sekarang belum saatnya untuk Ai. Ai harus ambil keputusan dan mengakhirinya. Ai harus bilang pada Roy bahwa hubungan ini tidak sehat, dan Ai harus kembali jadi teman biasa dengan Roy. Toh, kalau jodoh tak akan lari kemana-mana. Tuhan pasti akan mempertemukan kembali. 
Astaga. Rasanya Ai seperti disambar petir. Kok bisa-bisanya kakak pembina Ai berkata begitu. Dia dari dulu memang tidak pernah mengerti Ai. 
Yang pertama, Ai merasa Ai tidak melakukan apapun yang berlebihan dengan Roy. Ai masih memenuhi tanggung jawab di sekolah maupun di gereja. Malahan, Ai jadi lebih semangat saat teduh karena setiap pagi dibangunkan Roy. 
Yang kedua, kalau memang hubungan ini salah, mengapa Ai yang harus mengakhiri?!! Yang memulai kan, Roy??? Katanya, pria yang harus memimpin dan mengambil keputusan?? Ai tidak terima. 
Yang ketiga, yang paling membuat Ai kesal, adalah karena Roy sepertinya tidak mengalami tekanan apapun. Sepertinya tidak ada yang menegur dan mengecam dia seperti Ai ditegur dan dikecam. Kemana saja sih, orang-orang?? Yang duluan kan, DIAAA!!!!!!! 
To be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar