pa sih arti singleness? Pilih satu coret yang tidak perlu.
a. Masa peralihan di antara masa kanak-anak dengan masa keistrian. Selama belum jadi istri berarti masih single, walaupun berpacar. Aktivitas: Seperti remaja pada umumnya, menikmati masa muda. Berpacaran sana-sini dan menunggu umur cukup dewasa. Hanya menanti dipinang.
b. Kondisi jomblo. Baik belom bersuami, belom berpacar, maupun ditinggal mati atau dicerai (Maksudnya, kalo punya pacar berarti tidak single, red.). Aktivitas: Tidak berpacaran tapi banyak ber-HTSan, sambil mencari jodoh untuk mengakhiri singleness atau bahkan jodohnya sudah ketemu, hanya ber-HTS supaya tetap ‘single’ sekedar menunggu waktu yg dibilang cukup dewasa untuk menikah.
c. Status belom kawin di KTP, tapi sudah cukup umur, available, sedang aktif mencari. Aktivitas: Beberapa kali menjalin hubungan serius namun belum cukup serius sehingga mengubah status di KTP.
d. Masa yang dimulai begitu mulai puber dan mengenal pria, masa yang sangat berharga untuk wanita. Tidak ada hubungannya dengan mencari jodoh. Fokus: Pembentukan Tuhan untuk diri sendiri sebagai wanita. Aktivitas: Menjaga hati tetap murni dan hidup benar di hadapan Tuhan.
Singleness is a gift. (Masa sih??? Koq gw ga habis-habisnya bertanya-tanya kapan gw gak single lagi????)
Banyak orang berpikir status single hanyalah batu loncatan sebelum sampai pada hakikat seorang wanita: menjadi istri dan ibu. Itu sebabnya masa single digunakan untuk membuka mata lebar-lebar mencari jodoh, atau bahkan, para wanita yang ‘kurang saleh’, mencoba mengeksplorasi setiap hubungan demi suatu probabilitas, bahwa hubungan tersebut akan berakhir di pernikahan.
Pada masa single, para wanita yg ‘saleh’ berusaha sekuat tenaga untuk menjaga ke-single-annya dengan tidak berpacaran. Tentunya, sambil mengalami kebingungan, bagaimana bisa menemukan Mr. Right kalau tidak menjalin hubungan? Katanya sih, dengan persahabatan. Maka mereka pun banyak bersahabat.
Sambil bersahabat, mengenali banyak pria. Tapi namanya juga manusia, kalau sudah ada ‘chemistry’-nya, sulit menjaga kemurnian hati. Apalagi dipandang dari segala kriteria, sudah cocok. Tapi, belum cukup umur. Gimana dong?
Yang lebih parah lagi, prianya juga setuju, bahwa mereka adalah pasangan sehidup semati. “Walau 10 tahun lagi pasti aku nikahi kamu,” begitu katanya.
“Tapi kita kan ga boleh pacaran,” kata si wanita.
“Gak pa pa,” kata si pria, “Kita bisa tetap bersahabat kan? Sampai 10 tahun lagi?”
Lalu mulailah mereka bersahabat. Tapi rasa saling memiliki, karena sudah mengungkapkan perasaan dan mengucap janji suci “akan menikah 10 tahun lagi”, tidak bisa dihindari. Jadilah hubungan persahabatan jenis baru, yaitu Sahabat Plus Plus.
Bagaimana dengan yang sudah cukup umur?
Di masa singlenya, juga membuka mata lebar-lebar untuk mencari jodoh, tentunya dengan panduan daftar kriteria yang berbeda dengan wanita yang satunya di atas. Mungkin sedikit lebih dewasa. Tujuannya, mencoba melepas status ‘single’ itu di KTPnya agar “utuh” sebagai seorang wanita.
Apalagi, ketika melihat teman-teman seumur sudah punya pasangan, sudah akan menikah, sudah menikah, dan sudah beranak 2. Apalagi, ketika ditanya teman yang ketemu di kondangan, “Cowok u mana?” dan juga di pertemuan keluarga besar, “Udah punya pacar belom?”
Atau, “Kapan nih nyusul cicinya?”
Atau, “Kenapa nih, masih jual mahal ya?”
Atau, “Mau ga Tante kenalin sama keponakan Tante?”
Atau, “Ada temen Tante nih, dulu sama-sama kuliah bareng. Sekarang istrinya udah meninggal. Anaknya 1. Tante kasih no. telp kamu ya?”
Semakin menyeramkan. Maka, untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan di atas, mulailah menjalin hubungan, sedikit berkompromi dengan daftar kriteria yang sudah dibuat, dan merasionalisasikan setiap rasa ‘kurang sreg’ di hati. Bersahabat dulu, lalu…. Berhubung kurang adanya kecocokan, terpaksa bubar jalan.
Lambat laun, meninggalkan daftar kriteria yang tadinya 2 halaman dan hanya memperhatikan 2 nomor paling atas: Cinta Tuhan dan Cinta Keluarga.
Menyesali kenapa sedari dulu terlalu fokus di pendidikan, pelayanan, pekerjaan, dan lain-lain sehingga tidak mulai melihat-lihat dan mencari pasangan. Sekarang sudah susah. Sudah mau expired!!!!!!
Menurut saya, masa single dimulai ketika seorang wanita menyadari bahwa hidupnya tercipta untuk menemani sang Adam. Bahwa cewek itu nantinya menikah sama cowok. Saat itulah, wanita harus mulai benar-benar menjaga hati dan hidupnya.
Banyak kekacauan dimulai dari usia muda, karena paradigma yang menganggap bahwa masa single hanyalah masa transisi untuk kemudian menjadi seorang istri. Ups, SALAH!!!! Masa single, adalah masa yang paling berharga karena seorang wanita sudah mengerti bahwa ia akan menjadi pendamping untuk seorang pria nantinya, dan untuk itu ia diharapkan menjadi penolong yang sepadan. Penekanannya di sini bukanlah menemukan si Adam yang harus ditemani nantinya, tapi bagaimana wanita punya kualitas untuk menjadi penolong.
Masa single, adalah masa dimana wanita berfokus pada dirinya sendiri dan segala kualitas karakternya, mencoba menemukan apa yang kurang baik dan memperbaikinya, menjaga dirinya kudus di hadapan Tuhan sebagai bagian dari menjadi pasangan yang terbaik, dan menjaga hatinya supaya bisa mendapat yang TERBAIK dari Tuhan, bukan yang SECOND BEST.
Bagaimana bisa tahu kita sudah menjadi penolong yang sepadan, kalau tidak ada padanannya? Apa patokannya kita sudah jadi penolong yang sepadan?
Ini pertanyaan yang sering menjadi alasan untuk seorang wanita membangun hubungan lebih dahulu dengan si A, dan baru mengikuti proses Tuhan agar bisa dibentuk jadi penolong yang sepadan, seperti yang diinginkan dan dibutuhkan si A. Lalu wanita itu bisa bilang, “Saya sudah jadi penolong yang sepadan buat si A.”
Astaga.
Terkejut betapa manusia bisa membuat berbagai alasan dan memanipulasi berbagai segi untuk memuaskan keinginan dagingnya? Dan sedihnya, kepuasan yang didapat dari itu tidak ada 1% nya dibandingkan dengan kepuasan yang didapat apabila kita percaya sepenuhnya pada rencana Allah dan melihat penggenapannya dalam hidup kita.
Jadi, apa yang harus dilakukan?
Mulai dengan fokus pada diri sendiri. Bayangkan kita ada di atas tangan Bapa yang besar, berdiri menghadap wajah Bapa. Di sekeliling dan di belakang kita mungkin banyak hal terjadi, tapi fokus penglihatan kita hanya satu: Bapa. Membangun diri dan karakter kita, melatih diri untuk rajin dan cermat, untuk memiliki belas kasihan, untuk mengasihi tanpa syarat, untuk mengampuni dan rela berkorban, mau diajar dan setia, untuk Bapa. Bukan untuk pasangan hidup, bukan untuk keluarga yang menuntut, tapi untuk Bapa.
Karena, Bapa yang menciptakan kita sebagai seorang wanita dan Ialah yang tahu jelas bagaimana wanita yang sempurna itu, sesuai blue print-Nya. Ia yang tahu bagian mana yang perlu dilembutkan dan dibentuk kembali agar sempurna. Ia satu-satunya yang punya gambaran yang sempurna mengenai apa yang dimaksud dengan SEPADAN. Yaitu bagaimana wanita yang sempurna melengkapi pria yang sempurna, menurut kriteriaNya.
Get what I mean?
Artinya, di tangan yang lain Bapa juga sedang membentuk seorang pria agar sempurna, luar dalam, bukan menurut standar kesempurnaan kita, tapi menurut standarNya. Agar suatu hari nanti menurut waktuNya, Bapa akan membawa kita bertemu dengan pria yang sudah disempurnakan. Tangan yang satu bertemu dengan tangan yang lain. Kita mengalihkan pandangan kita dari Bapa, untuk melihat rencana Bapa yang digenapi dalam hidup kita, oleh kehendakNya. Maka kita tidak bisa lagi dikecewakan oleh keterbatasan dan pengharapan manusia. Karena apa yang Bapa berikan, that’s for real.
~”….bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.” Pengkh 3:11a.~
Berlatihlah dengan menjadi penolong untuk pria yang ada di sekitarmu. Berlatihlah dengan melayani anak binaanmu. Bahkan, berlatihlah dengan keluargamu, ibumu, adikmu. Berusahalah untuk menjadi wanita yang sesuai standar Allah, bukan standar calon suamimu. Only then you can be a winning prize that every man wants.
So I promise to, be true to You.
To live my life, in purity, as unto You.
Waiting for the day, when I hear You say,
“Here is the one I have created just for you.”
~Jaci Velasquez, I Promise~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar