Pada Bang Zaitun kami sampaikan rencana penjemputan Zakiah dan siasat menghadapi perempuan yang tengah dilanda bimbang. Bang Zaitun tercenung. Ia sedih karena teringat akan kisah cintanya yang bangkrut dan istri-istrinya yang minggat, matanya berair, tapi tetap saja sambil sedikit terisak, gigi palsu emas putihnya pun berkilau-kilau.
"Tak banyak yang bisa kubantu, Boi.." desahnya pasrah.
Kami diam menunggu.
"Pokoknya begini sajalah..."
Ia menerawang, menyarikan hikmah dari pengalaman buruknya.
"Jika kau berjumpa dengan Zakiah, tak perlulah banyak kata, Boi. Tak perlu banyak lagak, tak perlu bawa bunga segala. Cukup kautunjukkan raut muka bahwa kau bersedia menyuapinya nanti jika ia sakit, bersedia menggendongnya ke kamar mandi jika ia sudah renta tak mampu berjalan. Bahwa kau, dengan segenap hatimu, bersedia mengatakan di depannya betapa jelitanya ia, meski wajahnya sudah keriput seperti jeruk purut, dan kau bersedia tetap berada di situ, tak kemana-mana, di sampingnya selalu, selama empat puluh tahun sekalipun..."
Kawan, di antara riuh rendahnya ayam kawin, aku terkesima menyimak semua itu. Ini adalah petuah asmara paling dahsyat yang pernah kudengar seumur hidupku.
~Andrea Hirata, Maryamah Karpov~
Pria-pria, bisakah kau bayangkan raut muka bagaimana yang seperti itu?
Menurutku, hanya ada segelintir pria baik yang menunjukkan kesungguhan seperti demikian ketika mengajukan diri untuk menjadi seorang pasangan hidup bagi wanita a.k.a nembak.
Kebanyakan, hadir dengan menawarkan hal-hal yang lain. Ada yang bilang, "Nembak cewek ga cukup pake senyum doang. Minimal, butuh sertifikat rumah dan deposito."
Ada yang beranggapan, asalkan dirinya cukup tampan dan kekar, sedikit talented, bisa membuat bangga sang wanita, sudah cukup.
Sebagian pria juga berpikir, yang wanita butuhkan hanya perasaan disayang dan diperhatikan. Asal setiap hari diperhatikan dan disayang, tak perlu banyak-banyak embel-embel ini dan itu, sudah bisa membahagiakan wanita. Apalagi dengan sedikit tindakan heroik dan janji-janji manis, "Aku pasti jaga kamu selalu." Praktis. Tak perlu punya uang banyak atau pekerjaan yang mapan. Biarpun uang buat traktir si dia nonton masih minta sama nyokap, yang penting dia bahagia.
Tahukah kau, hai pria-pria, bahwa 'nembak' bukan hanya sekedar mengucap kata dan mempresentasikan keberhasilanmu, fisik, materi, maupun prestasi?
Ketika kau 'nembak', kau sedang meminta seorang wanita untuk memberikan sebagian hatinya kepadamu. Kalau kau rakus, kau minta seluruhnya. Padahal, bagi seorang wanita gak mudah untuk bisa memberikan hatinya begitu saja.
Ketika kau 'nembak', akibatnya terhadap si wanita tidak bisa dibandingkan dengan mencoba baju yang kalau sudah tidak cocok bisa ditaruh kembali ke dalam lemari. Si baju, seandainya bisa merasa, mungkin merasa dirinya second. Apalagi si wanita?? Bukan sekedar reputasi yang lagi kita bicarakan di sini, teman-teman. It's about the heart.
Ketika kau 'nembak', kau sebetulnya bertanggung jawab akan wanita itu sekarang dan selamanya seperti Adam bertanggung jawab terhadap Hawa, seakan-akan tidak ada lagi makhluk yang mampu menjaga dan melindungi makhluk halus bernama perempuan ini. (Walaupun, beberapa orang bilang, "Dogs are the most loyal animal. Men are nothing compared to them." Teman, buktikan pepatah itu salah.)
Ketika kau 'nembak', kau memberikan dirimu untuk menjadi satu-satunya Adam buat dirinya seperti kau menuntut dia untuk menjadi satu-satunya Hawa untuk dirimu. Dan hanya kau yang bisa dia andalkan, harapkan, percayai seratus persen, untuk dia bisa memberikan seluruh hatinya dan mempercayakan seluruh hidupnya kepadamu.
Itu sebabnya, wanita perlu waktu untuk bisa dibentuk dan dipersiapkan oleh Bapa, supaya sempurna jadi Hawa-mu. Wanita perlu membenahi dirinya sendiri dulu sebelum bisa menjadi penolong yang sepadan untukmu. Semua itu bukan urusanmu, tapi urusan Bapa. Pada waktuNya, Ia akan menyatakan wanita ini siap dan memberikannya untukmu.
Jadi, kalau kau sudah 'nembak' sebelum waktunya?
Kau sedang mencuri apa yang bukan hakmu. Kau sedang mencoba mencuri waktu berharganya untuk dibentuk oleh Tuhan, dan kau akan mendapat Hawa yang belum 'best quality'. Karena kau tidak sabar.
Darimana kau bisa tahu kalau waktunya sudah tepat?
Bukan dengan menilai apakah wanita itu sudah cocok untukmu. Bukan dengan berpikir kau sudah bisa membuatnya bangga dan senang jadi pasanganmu. Bukan dengan menguji apakah wanita itu membalas perhatian-perhatian kecil yang kau lemparkan padanya sebagai 'coba-coba'. Ketika ia membalas perhatianmu, barulah kau akan 'nembak' karena yakin tak akan ditolak.
Sekali lagi, ketika kau memperhatikan dia, kau sedang meminta dia untuk mempercayaimu.
Dan ketika seorang wanita percaya sepenuhnya kepadamu, ia mengharapkanmu untuk "bersedia menyuapinya nanti jika ia sakit, bersedia menggendongnya ke kamar mandi jika ia sudah renta tak mampu berjalan. Bahwa kau, dengan segenap hatimu, bersedia mengatakan di depannya betapa jelitanya ia, meski wajahnya sudah keriput seperti jeruk purut, dan kau bersedia tetap berada di situ, tak kemana-mana, di sampingnya selalu, selama empat puluh tahun sekalipun."
Lebih dari ia mengharapkan fisik dan materimu.
Lebih dari ia mengharapkan perhatian dan janji manismu.
Lebih dari ia mengharapkan sentuhan dan pelukanmu.
Lebih dari ia 'suka' padamu, ia butuh kau untuk bisa ia 'ikuti'.
Teman, kau perlu melihat jauh ke depan. Bagaimana kau akan bisa menyuapinya nanti jika sekarang saja kau marah apabila ia tidak membuatkan kopi sesuai kemauanmu?
Bagaimana kau dapat mengatakan betapa jelitanya ia saat ia sudah keriput, apabila satu-satunya alasanmu untuk 'nembak' dia saat ini adalah karena dia cantik?
Bagaimana kau dapat menghidupi dia dan melindunginya, jika saat ini uang di dompetmu pun masih uang saku dari Mamamu?
Kapan waktu yang tepat?
Urusan antara kau dan Tuhan. Ikuti prosesnya, fokus pada sekolah kehidupan yang sedang kau lewati agar kau belajar dalam karakter dan kedewasaan. Kau perlu jadi pria sejati yang mempraktekkan kasih tanpa syarat, dan lebih penting lagi, tanpa ego. Biarkan Ia membentukmu untuk menjadi Adam yang siap mengemban tanggung jawab yang berat ini, yaitu memegang seluruh hati dan hidup makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna dan indah bernama wanita.
Selamat berusaha, para Adam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar